A. Pengertian Diksi
1. Menurut
Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997-233) disebutkan bahwa diksi
adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan
sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
2. Menurut
Kridalaksana (1993-44) bahwa diksi ialah pilihan kata dan kejelasan
lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau
dalam karang-mengarang.
3. Didalam
Wikipedia, diksi mempunyai dua arti, yang pertama merujuk pada pilihan
kata dan gaya ekspresi oleh penulisan atau pembicara. Arti kedua diksi
lebih umum digambarkan dengan seni berbicara sehingga setiap kata dapat
didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas.
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan kata
yang ditujukan untuk memberikan maksud dari pembicara kepada pendengar
agar memperoleh efek atau tindakan tertentu.
B. Pedoman diksi
Dari
pengertian diksi ada pakar yang berpendapat seperti Keraf dan Soedjito
yang menjabarkan bahwa dalam membuat diksi ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Ketetapan diksi
Ketetapan
diksi adalah kesamggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan
yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Hal-hal yang
perlu diperhatikan :
a. Memilih kata yang bermakna konotasi dan denotasi
Dalam
membuat kalimat kita perlu memilih kata yang tepat baik karena
denotasinya maupun konotasi. Makna denotasi adalah makna yang
sesungguhnya, sedangkan makna konotasi adalah makna yang bukan
sebenarnya.
Contoh kalimat konotasi :
Para koruptor itu cuci tangan dari kasus wisma atlet.
Dalam
kalimat diatas kata cuci tangan tidak berarti mencuci tangannya namun
berarti sudah tidak turut campur atau terlibat dalam masalah itu.
Contoh kalimat Diksi
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakatDia adalah wanita cantik (denotatif)
Dia adalah wanita manis (konotatif)
APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
Kesesuaian diksi
Kata-kata
dalam pembuatan kalimat hendaknya disunting sesuai dengan tingkatan
orang yang mendengarnya. Misalnya, jika berbicara dengan orang desa yang
pendidikannya rendah, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang kurang
dimengerti oleh mereka. Dibawah ini syarat-syarat kesesuaian diksi
dalam situasi formal dan umum:
a. Menggunakan pemakaian kata/tutur percakapan
Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan, seperti bilang, bikin, makanya, nantinya, beli, baca, nggak, udah, dan sebagainya. Kata-kata tersebut tidaklah formal, oleh karena itu tidak selayaknya dipakai dalam situasi yang formal.
b. Menghindari bahasa nonstandar dalam situasi formal
Setiap
kata-kata yang diucapkan tidak hanya menunjukkan sikap orang, tetapi
juga merefleksikan tingkah laku sosial dari orang-orang yang
menggunakannya. Sehingga jika seseorang memakai bahasa nonstandar
digunakan dalam situasi yang formal akan mengakibatkan ketidakformalan
atau ketidakseriusan situasinya.
c. Menghindari kata/istilah ilmiah dalam situasi umum
Kata/istilah
ilmiah hendaknya dipakai dalam situasi yang khusus. Seperti, saat
berpidato didepan masyarakat pedesaan yang berpendidikan dasar atau
mengengah yang tidak mengenyam pendidikan, kata atau istilah ilmiah
tidak akan dapat dipahami oleh mereka. Akibatnya, informasi yang
disampaikan tidak akan sampai kepada pendengar. Lebih baik menggunakan
kata-kata yang populer dan mudah diterima kepada masyarakat tersebut.
Contoh kata-kata ilmiah dan populer antara lain:
Kata Populer Kata Ilmiah
Anggun feminim
Perkasa maskulin
Rasa suka simpati
d. Menghindari jargon
Jargon
adalah sejumlah istilah yang menandai dialek profesi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia istilah jargon diartikan sebagai kosakata khusus yang
dipergunakan dibidang kehidupan (lingkungan) tertentu. Slang adalah
kata-kata lama yang diberi makna baru. Contoh: cabut ‘pergi’, tancap
‘percepat atau perkencang’, dan sebagainya.
e. Menghindari bahasa artifisial
Bahasa
artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni atau sastra.
Pemakaian bahasa artifisial akan memudarkan pemahaman karena apa yang
dimaksud dalam tulisan tidak ditampakkan secara jelas. Bahasa artifisial
dibentuk seorang manusia secara sadar untuk mempermudah komunikasi
dalam bentuk karya fiksi maupun khayalan. Agar kata-kata yang digunakan
mempunyai makna yang berbeda dari kata yang sebenarnya.
Kesalahan dalam pemilihan diksi
Kelenturan
dan kelihaian Tesaurus seringkali disalahgunakan secara berlebihan.
Akibatnya, justru bukan cita rasa bahasa yang tinggi yang diperoleh,
melainkan justru merusak keindahan bahasa baku. Untuk mengetahui apakah
susunan kalimat maupun paragraf dengan bantuan Tesaurus menyalahi kaidah
bahasa baku atau tidak, berikut kesalahan-kesalahan dalam memilih kata
atau diksi.
1. Menggunakan dua kata bersinonim dalam satu frase. Contoh : agar supaya, adalah merupakan, bagi untuk, dan lain-lain.
2. Menggunakan kata tanya yang tidak menanyakan sesuatu: dimana, yang mana, mengapa, dan lain-lain.
3. Menggunakan kata berpasangan yang tidak sepadan: tidak hanya, tetapi seharusnyatidak hanya, tetapi juga, bukan hanya.
4. Menggunakan kata berpasangan secara idiometik yang tidak bersesuaian: sesuai bagi, seharusnya sesuai dengan, dan lain-lain
5. Diksi atau kalimat kurang baik atau kurang santun. Beberapa kriteria yang masuk dalam kategori ini adalah:
a. Menonjolkan akunya dalam suasana formal
b. Pilihan kata yang mengekspresikan data secara subjektif
c. Menggunakan kata yang tidak jelas maknanya
d. Diksi tidak sesuai dengan situasi yang dihadapi
sumber
http://dedymonroe.wordpress.com/2011/12/20/contoh-kalimat-diksi/
http://eni-astuti.blogspot.com/2012/06/diksi.html
http://eni-astuti.blogspot.com/2012/06/diksi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar